Tsabiwanews_Workshop Kurikulum Merdeka dan Penyusunan Modul Ajar Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan lil ‘Alamin (P5RA) di Madrasah Tsanawiyah Birrul Walidain NWDI Rensing (Tsabiwa) dilaksanakan sebagai langkah strategis untuk mengoptimalkan pemahaman guru tentang implementasi Kurikulum Merdeka sesuai dengan KMA 450 Tahun 2024. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini diikuti oleh kepala madrasah serta seluruh dewan guru, bertujuan untuk memperkuat kompetensi tenaga pendidik dalam menyelenggarakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, sekaligus memfasilitasi pengembangan modul ajar yang relevan dan berfokus pada penguatan karakter siswa.
KMA 450 Tahun 2024 yang diterbitkan oleh Kementerian Agama RI menggantikan regulasi sebelumnya, KMA Nomor 347 Tahun 2022, dan menjadi pedoman utama bagi madrasah mulai dari tingkat Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), hingga Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Regulasi ini mengatur tentang bagaimana madrasah harus menyelenggarakan proses pembelajaran yang sejalan dengan prinsip Kurikulum Merdeka, yang menekankan pada diferensiasi pembelajaran serta penguatan karakter melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan lil ‘Alamin (P5RA).
Pada hari pertama workshop, Senin, 26 Agustus 2024, Muh. Sutrisna Kurniawan, M.Pd, seorang guru penggerak, menjadi narasumber utama. Beliau menyampaikan materi yang mendalam tentang refleksi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, tokoh pendidikan nasional yang mempelopori gagasan pendidikan yang berpihak pada murid. Menurut Sutrisna, pembelajaran di era Kurikulum Merdeka tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan semata, melainkan juga pada pengembangan karakter, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis. Sutrisna menekankan pentingnya budaya positif yang harus dibangun di lingkungan sekolah, di mana guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang inklusif dan memperhatikan kebutuhan setiap siswa berdasarkan aspek Kognitif, Sosial, dan Emosional (KSE).
Lebih jauh lagi, Muh. Sutrisna menguraikan bagaimana Kurikulum Merdeka memberikan ruang bagi guru untuk menerapkan pendekatan diferensiasi, yaitu strategi pembelajaran yang mengakomodasi perbedaan kemampuan, minat, dan kebutuhan siswa. Dengan pendekatan ini, guru diharapkan mampu menyusun modul ajar yang tidak hanya berorientasi pada capaian akademis, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai karakter yang relevan, seperti gotong royong, mandiri, religiusitas, dan cinta tanah air. Dalam konteks MTs Birrul Walidain NWDI Rensing, hal ini menjadi sangat penting untuk mendukung visi madrasah dalam mencetak generasi yang berkarakter kuat, tangguh, dan berlandaskan pada ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Memasuki hari kedua, Selasa, 17 September 2024, workshop dilanjutkan dengan materi yang disampaikan oleh pengawas madrasah Kementerian Agama Kabupaten Lombok Timur, Muh. Nurhasanah, M.Pd. Beliau mengupas tuntas tentang perubahan dalam P5RA serta bagaimana merancang asesmen yang efektif dan adil. Muh. Nurhasanah menjelaskan bahwa P5RA di bawah KMA 450 Tahun 2024 mengalami beberapa penyesuaian penting, di mana fokus utama tidak hanya terletak pada pencapaian hasil akhir atau produk dari sebuah projek, tetapi juga pada proses belajar yang dialami oleh siswa. Dalam hal ini, asesmen diarahkan pada pengukuran karakter dan keterampilan siswa yang muncul selama pengerjaan projek.
Nurhasanah juga menegaskan bahwa modul ajar yang dirancang haruslah memperhatikan kebutuhan spesifik siswa di madrasah. Modul tersebut harus disusun dengan mempertimbangkan aspek-aspek pengembangan karakter yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan Islam rahmatan lil ‘alamin. Misalnya, dalam proyek penguatan profil pelajar, siswa diajak untuk memecahkan masalah nyata yang ada di lingkungan mereka, dengan memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, kebhinekaan global, dan tanggung jawab sosial. Dengan demikian, guru tidak hanya mengarahkan siswa untuk menghasilkan produk atau karya, tetapi juga memastikan bahwa proses pembelajaran tersebut melibatkan pengembangan karakter yang kuat dan relevan.
Dalam workshop ini, guru-guru juga diajak untuk memahami bahwa asesmen yang baik bukan hanya berorientasi pada pengukuran hasil akhir, melainkan juga mencakup evaluasi terhadap proses belajar siswa. Guru harus mampu melihat perubahan positif dalam karakter siswa, seperti kemampuan bekerjasama, kreativitas, tanggung jawab, dan disiplin selama pengerjaan projek. Dengan demikian, asesmen dalam Kurikulum Merdeka tidak lagi berfokus pada angka atau nilai semata, melainkan lebih pada bagaimana siswa berkembang sebagai individu yang utuh dan siap menghadapi tantangan kehidupan.
Workshop yang diadakan di MTs Birrul Walidain NWDI Rensing ini tidak hanya memberikan wawasan teoretis, tetapi juga memfasilitasi para guru dalam menyusun modul ajar yang sesuai dengan prinsip P5RA. Kegiatan ini diharapkan mampu memberikan dampak positif terhadap peningkatan kualitas pembelajaran di madrasah, sekaligus memperkuat peran guru sebagai fasilitator dalam pengembangan karakter dan potensi siswa. Dengan adanya workshop ini, MTs Birrul Walidain NWDI Rensing berharap mampu mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, berlandaskan nilai-nilai Pancasila dan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
=========================
Humas Tsabiwa
Visit us at :
www.mtsbirrulrensing.com
Follow and Like
MTs BirulWalidain Nwdi Rensing
Mts Birrul Walidain NW Rensing