Oleh : SARIFA AFDATIL HAFIZAH
Siswa kelas 7-A MTS BIRRUL WALIDAIN NWDI RENSING
Disampaikan pada lomba pidato islami Mabiwa Islamic Competition (MIC) ke-IV 2022 (21-27 Mei 2022)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ, اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ مَا لِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ اَشْرَفِ اْللأَنْبِياَءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِناَ وَمَوْلَنَا مُحَمَدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَاِمَامِ اْلمُرْسَلِيْنَ, وَعَلىَ اَلِه الطَّاهِرِيْنَ وَصَحَابَتِهِ اَجْمَعِيْنَ, اَمَّا بَعْدُ.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena kita semua pada saat ini masih diberikan nikmat iman, islam, sehat dan kesempatan oleh Allah untuk berkumpul di kegiatan yang sangat luar biasa ini.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw (Allahumma sholi ala sayyidina Muhammad Waala ali sayyidina Muhammad), kepada keluarganya, para sahabatnya dan semoga kelak kita mendapat syafaat darinya. Amiin
Yang saya hormati para dewan guru
Yang saya hormati para dewan juri
Yang saya hormati para panitia MIC (em ai si) ke-IV MABIWA
Yang saya hormati para hadirin-hadirat yang hadir pada kesempatan ini
Hadirin sekalian rahimakumullah,
Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan pidato yang berjudul “Bahaya Lisan Pada Hubungan Persaudaraan”
Hadirin yang berbahagia,
Lisan kita bisa menjadi api yang membakar dan juga bisa menjadi mata air yang memadamkan. Saat lisan menjadi api, biasanya setiap ucapan keluar atas dasar kebencian. Kebencian itu hanya akan memutus tali persaudaraan.
Sebaliknya saat lisan terjaga, mampu menebar kebajikan, maka kehidupan akan lestari. Lisan menjadi pintu masuk terjadinya kedamaian di satu sisi tapi pada saat yang sama bisa menjadi pemicu kerusakan. Maka menjaga lisan merupakan kunci harmoni hidup.
Hadirin yang saya muliakan
Lisan yang baik selalu mendoakan saudaranya. Lisan itulah yang disebut saliman. Lisan yang selamat dan menyelamatkan kehidupan, merekatkan persaudaraan, menimbulkan kasih sayang.
Sebaliknya lisan yang buruk selalu mencerca orang lain. Tidak senang dengan kebahagiaan orang lain. Jika perlu kebahagiaan itu harus dirampas dengan cacian, kedengkian dan bahkan fitnah yang akan menyebabkan ukhuwah.
Tuan Guru Bajang Dr.KH.M. Zainul Majdi mengatakan bahwa “Cacian dan hujatan hanya akan kembali berdampak pada siapa yang mengucapkannya, bukan pada orang lain, Maka jagalah lisan dari merendahkan orang lain, dari berburuk sangka pada orang lain, sebab baik buruk yang kita ucapkan akan kembali pada diri kita”
Begitu juga pesan indah disampaikan oleh IMAM HASAN AL-Bashri mengatakan, “Siapa yang tidak bisa mengendalikan lidahnya, berarti tidak bisa memahami agamanya.”
Hadirin yang dimulaikan allah
Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya berkata yang baik atau diam.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Oleh karena itu, lisan perlu dijaga agar mendatangkan maslahat. Nabi Muhammad saw bersabda, “al-muslimu man salima al-muslimuna min lisanihi wa yadihi” (seorang muslim adalah di mana orang lain selamat dari lisan dan tangannya)” (HR Bukhori & Muslim).
Oleh karena itu, mari menjaga lisan agar tidak menjadi sumber malapetaka. Kita perlu mengendalikan lisan baik fisik maupun nonfisik (di media sosial) saat ini menjadi kunci kehidupan.
Begitu pula dikisahkan dari sahabat yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu tentang keutamaan menjaga lisan,
قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ فُلَانَةَ يُذْكَرُ مِنْ كَثْرَةِ صَلَاتِهَا وَصِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا غَيْرَ أَنَّهَا تُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا قَالَ هِيَ فِي النَّارِ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنَّ فُلَانَةَ يُذْكَرُ مِنْ قِلَّةِ صِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا وَصَلَاتِهَا وَإِنَّهَا تَصَدَّقُ بِالْأَثْوَارِ مِنْ الْأَقِطِ وَلَا تُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا قَالَ هِيَ فِي الْجَنَّةِ. “
Seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, ada seorang perempuan yang terkenal dengan banyak melaksanakan shalat, puasa, dan sedekah. Hanya saja, ia menyakiti tetangganya dengan lisannya. Beliau bersabda, “Ia di neraka.” Laki-laki itu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ada seorang perempuan yang terkenal dengan sedikit puasa, sedekah, dan shalatnya. Ia hanya sedekah dengan sepotong keju, tetapi ia tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Maka beliau bersabda, “Ia di surga.” (HR. Ahmad)
Hadirin yang dimuliakan allah.
Oleh karena itu tetaplah menjaga lisan jangan sampai menyakiti sesama saudara, jaga lisan untuk mengeratkan persaudaraan, jaga lisan untuk menguatkan silaturrahim.
Pada akhirnya, mari jadikan lisan kita menjadi penyejuk dan penuntun arah kebajikan untuk sesama. Melalui itu kita dapat berharap kehidupan ini menjadi surga yang senantiasa dirindu. Tatanan masyarakat pun menuju masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Demikian yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat
Pak Mamat punya burung Kenari,
Burung dijemur hingga siang,
Pembicaraan berakhir sampai disini,
Salah dan janggal mohon maafkan.
Wallahul muwaffiqu Walhadi Ilasabilirasyad
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh