๐๐๐ฃ๐ฉ๐ง๐ ๐๐ค๐ฃ๐ฅ๐๐จ ๐ฝ๐๐ง๐ง๐ช๐ก ๐๐๐ก๐๐๐๐๐ฃ ๐๐ ๐ช๐ฉ๐ ๐๐ค๐จ๐๐๐ก๐๐จ๐๐จ๐ ๐๐๐ง๐ฉ๐๐ ๐๐๐ก๐ช ๐๐๐ฃ๐ฉ๐๐จ ๐๐๐ฃ ๐พ๐๐๐๐ ๐ฝ๐ช๐ก๐ก๐ก๐ฎ๐๐ฃ๐

Dalam kegiatan ini, pengurus yayasan menghadirkan Aipda Rohmatullah, Kanit Binmas dari Polsek Sakra Barat, sebagai pembicara utama. Acara tersebut turut dihadiri oleh para pengurus yayasan, kepala sekolah dan madrasah, dewan guru, serta santri dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari RA, MI, MTs, MA, hingga SMA Birrul Walidain.
Dalam sambutannya, Sekretaris Umum Yayasan yang juga Kepala MTs Birrul Walidain Nuruddin, M.Pd, mengungkapkan bahwa program sosialisasi ini merupakan upaya yayasan untuk memberikan edukasi kepada para santri, terutama terkait keselamatan berlalu lintas dan mencegah tindakan bullying yang sering kali terjadi di kalangan pelajar. Nuruddin menyoroti bahwa bullying sering dianggap sepele atau sekadar bercanda, padahal sebenarnya dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan mental santri dalam pergaulan sehari-hari.

Dalam pemaparannya, Aipda Rohmatullah mengingatkan para santri tentang pentingnya menghindari kecepatan tinggi saat berkendara, selalu menggunakan helm standar, memastikan kendaraan dilengkapi knalpot sesuai ketentuan, serta memeriksa kelengkapan surat-surat kendaraan dan kepemilikan SIM.
โMasa depan para santri masih panjang, oleh karena itu sangat penting untuk menjaga diri dan mengutamakan keamanan serta ketertiban, baik di sekolah maupun di jalan raya,โ ujar Aipda Rohmatullah. Pesan ini menekankan bahwa pencegahan lebih baik daripada menyesal setelah insiden terjadi. Perilaku tertib dalam berlalu lintas dianggap sebagai bagian dari pembentukan karakter yang bertanggung jawab.
Edukasi ini dianggap penting mengingat usia remaja adalah fase yang rentan terhadap berbagai perilaku nakal. Pengaruh individu dan lingkungan berperan besar dalam membentuk perilaku para remaja. Karena itu, peran penting santri dalam menjaga keselamatan diri, serta peran orang tua dan guru dalam membentuk karakter yang baik dan memberikan pemahaman tentang norma-norma yang benar, sangatlah dibutuhkan.
Aipda Rohmatullah mengingatkan, โJangan sampai kesadaran akan pentingnya menjaga keselamatan baru muncul setelah kecelakaan terjadi atau saat terkena razia.โ Hal ini menekankan bahwa langkah pencegahan selalu lebih baik dibandingkan upaya perbaikan setelah terjadi insiden.
Selain materi tentang keselamatan lalu lintas, Aipda Rohmatullah juga membahas perilaku bullying. Ia menjelaskan bahwa bullying bisa terjadi dalam berbagai bentuk, baik verbal maupun fisik, yang dampaknya bisa lebih merusak. Jika tidak ditangani dengan benar, tindakan bullying dapat berdampak negatif pada korban.
Istilah bullying sendiri berasal dari kata โbullyโ, yang dalam Kamus Oxford diartikan sebagai โseseorang yang cenderung menyakiti atau mengintimidasi pihak lain yang dianggap lebih lemahโ. Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, bullying adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja, baik oleh individu maupun kelompok yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti secara berulang-ulang.

Data dari KPAI tahun 2018 menunjukkan bahwa kasus bullying dan kekerasan fisik masih menjadi kasus yang paling dominan di lingkungan pendidikan. Kasus-kasus yang tercatat meliputi siswa yang melakukan bullying terhadap siswa lain, serta siswa yang mem-bully guru. Namun, banyak kasus yang tidak tercatat karena minimnya kesadaran atau kepedulian terhadap masalah ini.
Aipda Rohmatullah menjelaskan bahwa dampak bullying terhadap korban sangat serius, meliputi depresi, kecemasan, stres, dan hilangnya rasa percaya diri, terutama di lingkungan sekolah. Dampak ini bisa bersifat jangka panjang dan mempengaruhi cara anak melihat dirinya dan berinteraksi dengan orang lain.
Ia menambahkan, โJika santri mengalami bullying, baik dari teman maupun orang lain, sebaiknya segera melaporkannya kepada guru atau kepala sekolah agar bisa segera ditangani.โ Pesan ini menegaskan pentingnya peran aktif dari semua pihak di lingkungan pendidikan untuk mencegah dan menangani bullying. Seluruh elemen, mulai dari pengurus, kepala sekolah, guru, hingga santri, diharapkan dapat menciptakan budaya saling menghormati dan mendukung. Harapannya, suasana belajar yang aman dan positif dapat terwujud bagi semua peserta didik.